idul adha 1440 H
(tim al-fudhola graha prima)
Allahu akbar 3x Laa Ilaha illallah Allahu Akbar
Walillahilhamd
Pada setiap 10 Dzulhijjah, umat muslim dari seluruh penjuru
dunia, dari beragam suku, beraneka budaya, bermacam warna, pria maupun wanita,
berkumpul memenuhi panggilan Allah melaksanakan ibadah haji. Saat itu,
saudara-saudara kita berada di Mina, di Muzdalifah, melakukan wuquf di
Arafah seharian. Mereka datang ke tanah suci Mekah untuk memenuhi panggilan
Allah.
“Aku datang memenuhi panggilanMu, Ya Allah.
Aku datang memenuhi PanggilanMu. Tiada Sekutu bagiMu. Sesungguhnya segala
pujian, kenikmatan hanya milikMu, dan juga kerajaan. Tiada Sekutu bagiMu.”
Adapun umat
muslim lainnya yang tidak melaksanakan ibadah haji, ikut larut dalam meyambut
hari besar hari raya Idul Adha, hari raya qurban. Seluruh umat muslim turut
menggemakan kalimat takbir, kalimat tahmid sebagai wujud ketaatan dan pengakuan
seorang hamba akan kebesaran dan keagungan Allah SWT, Tuhan semesta alam raya.


Namun,
bagi sebagian kita, mungkin berkorban adalah sesuatu yang tidak rasional, suatu
hal yang tidak logis. Bagaimana mungkin, kita memberi dan mengorbankan harta
kita yang telah kita raih dengan susah payah. Kok enak sekali, kita bekerja keras,
banting tulang, kemudian kita korbankan untuk orang lain. Inilah mungkin logika
banyak dimiliki manusia saat ini, maka pantaslah kita menyaksikan beragam
krisis terjadi. Bagi orang Muslim, mu’min, logika tersebut adalah logika yang
salah, Bagi orang Muslim, mu’min, logika yang benar adalah:
pertama:
“pemberi rizki adalah Allah SWT”
Allah
berfirman:
Dan aku tidak
menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. Aku
tidak menghendaki rezki sedikitpun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya
mereka memberi-Ku makan. Sesungguhnya Allah Dialah Maha pemberi rezki yang
mempunyai kekuatan lagi sangat kokoh. (Al-Dzariyat
56-58)

Maka
Allah berjanji, jika mau tambahan rizki dan kemudahan yang tidak dapat kamu
bayangkan, maka jalannya adalah ketakwaan yaitu jalan mengikuti
perintahNya, menjauhi laranganNya. Allah SWT berfirman.
Barangsiapa
bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan Mengadakan baginya jalan keluar dan
memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya.
(Al-Thalaq 2-3).
Dan barang siapa
yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam
urusannya.(Al-Thalaq
4)
Kedua: orang
muslim, mu’min meyakini bahwa “kadar
rizki setiap orang sudah ditentukan”
Allah
SWT berfirman.
Dan Allah
melebihkan sebahagian kamu dari sebagian yang lain dalam hal rezki,
(An-Nahl 71)

Kalau
rizki kita sudah dijamin dan ditentukan kadarnya oleh Allah, kenapa kita
menghalalkan segala cara untuk mendapatkan rizki, kenapa kita sibuk-sibuk
menjerumuskan diri ke dalam pekerjaan yang dimurkai Allah. Sungguh sangat tidak
masuk dalam logika seorang muslim, takut kelaparan, takut kekurangan, takut
kekurangan karena meninggalkan pekerjaan yang haram, toh Allah sudah
menjaminnya, toh kadar rizki kita juga sudah ditentukan. Dan tentunya, jika
kadar rizki sudah dijamin dan ditentukan, kenapa kita enggan berkorban, karena
pengorbanan yang keluarkan, tidak akan mengurangi sedikitpun kadar rizki kita,
bahkan Allah berjanji akan menambahnya.
Ketiga:
walaupun sudah ditentukan kadar rizki, orang
muslim, mu’min faham betul bahwa “rizki harus dicari dan harus diusahakan”.
Allah
SWT berfirman:
Apabila telah
ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia
Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung (Al-Jum’ah
10)

Maka
dari itu, ciri seorang muslim adalah totalitas dalam menjalankan
amanah yang sedang diembankannya, baik sebagai pemimpin, sebagai
pendidik/pengajar, sebagai pegawai pemerintah maupun swasta, sebagai pedagang,
sebagai petani, bahkan sebagai buruh kecilpun, Seorang muslim akan selalu
berbuat total, berjuang dan berkorban. Bukan sebaliknya, mencari keuntungan
sendiri, mengorbankan orang lain, dan bahkan mendzalimi orang lain
untuk kepentingan diri sendiri. Hal ini tidak perlu bagi seorang muslim, karena
baginya, hanya Allah lah yang akan mencukupinya lahir batin, dunia dan akhirat.
Namun
demikian, ujian terhadap logika Islam ini akan selalu ada, ujian terhadap
pengorbanan yang kita lakukan, ujian terhadap keimanan dan ketakwaan kita,
bahkan ujian terhadap keikhlasan akan terus ada. Allah
dalam surat Yusuf mengabadikan nasehat Ya’kub kepada anak-anaknya
Jangan kamu
berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat
Allah, melainkan kaum yang kafir” (Yusuf 87)
Dalam
ayat lain Allah SWT berfirman:
Dan bagi mereka
yang berjuang untuk (mencari keridhaan) Kami, Kami akan tunjukkan kepada mereka
jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang berbuat baik.
(Al-Ankabut: 69)
Semoga
kita semua termasuk orang-orang yang Istiqomah dalam berjuang,
berkorban dan berbuat baik di jalan Allah SWT. Amiin Yaa Robbal ‘Alamiin.
by: tim al-fudhola GP
sumber: rangkuman dari berbagai narasi dan media kajian ta'lim agama Islam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar