Jumat, 23 Agustus 2019

Indahnya Berbagi Di Hari Raya Idul Adha

idul adha 1440 H (tim al-fudhola graha prima)

Allahu akbar 3x Laa Ilaha illallah Allahu Akbar Walillahilhamd

Pada setiap 10 Dzulhijjah, umat muslim dari seluruh penjuru dunia, dari beragam suku, beraneka budaya, bermacam warna, pria maupun wanita, berkumpul memenuhi panggilan Allah melaksanakan ibadah haji. Saat itu, saudara-saudara kita berada di Mina, di Muzdalifah, melakukan wuquf di Arafah seharian. Mereka datang ke tanah suci Mekah untuk memenuhi panggilan Allah.

Aku datang memenuhi panggilanMu, Ya Allah. Aku datang memenuhi PanggilanMu. Tiada Sekutu bagiMu. Sesungguhnya segala pujian, kenikmatan hanya milikMu, dan juga kerajaan. Tiada Sekutu bagiMu.”
Adapun umat muslim lainnya yang tidak melaksanakan ibadah haji, ikut larut dalam meyambut hari besar hari raya Idul Adha, hari raya qurban. Seluruh umat muslim turut menggemakan kalimat takbir, kalimat tahmid sebagai wujud ketaatan dan pengakuan seorang hamba akan kebesaran dan keagungan Allah SWT, Tuhan semesta alam raya.

Hari raya Idul Adha atau hari raya qurban tidak dapat terlepas dari kisah teladan yang digambarkan dalam Al-Qur’an melalui seorang yang mulia yaitu Nabi Ibrahim AS yang mampu menjalankan perintah Allah SWT untuk mengorbankan anaknya Nabi Ismail dengan cara menyembelihnya. Namun, pada akhirnya tanpa diduga, Allah mengganti Nabi Ismail dengan seekor domba yang gemuk. Sungguh sangat luar biasa, ujian yang dialami oleh Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS. Dapat kita bayangkan, seorang nabi pun mendapatkan ujian dari Allah SWT, apalagi kita sebagai manusia biasa. Hal ini, menunjukkan bahwasanya keislaman, keimanan dan ketakwaan kita akan terus diuji oleh Allah SWT untuk melihat di mana, pada level apa dan kualitas apa kita berada.

Pada kali ini hari raya Idul adha 1440 H. kita sebagai bangsa Indonesia sekaligus moment memperingati hari Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-74. Sebuah kemerdekaan yang tidak dicapai dengan satu malam, namun butuh perjuangan selama bertahun-tahun, berpuluh-puluh tahun dan beratus-ratus tahun lamanya. Perjuangan pada pendahulu dan pejuang kita tersebut, tentu tanpa henti dan tak kenal lelah. Adapun pengorbanan para pejuang kita juga tak terhitung dan tak ternilai. Mereka berkorban fikiran, tenaga, waktu, anak, isteri, saudara, harta, bahkan jiwa raga turut dikorbankan. Sehingga, dengan rahmat Allah SWT dan pengorbanan para pejuang, Indonesia dapat meraih kemerdekaan.

Idul Adha ini adalah pelajaran pengorbanan, pengorbanan yang dicontohkan oleh Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS dalam mengorbankan sesuatu yang paling dicintai karena Allah Azza wa Jalla.
Namun, bagi sebagian kita, mungkin berkorban adalah sesuatu yang tidak rasional, suatu hal yang tidak logis. Bagaimana mungkin, kita memberi dan mengorbankan harta kita yang telah kita raih dengan susah payah. Kok enak sekali, kita bekerja keras, banting tulang, kemudian kita korbankan untuk orang lain. Inilah mungkin logika banyak dimiliki manusia saat ini, maka pantaslah kita menyaksikan beragam krisis terjadi. Bagi orang Muslim, mu’min, logika tersebut adalah logika yang salah, Bagi orang Muslim, mu’min, logika yang benar adalah:
pertama: “pemberi rizki adalah Allah SWT
Allah berfirman:
Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. Aku tidak menghendaki rezki sedikitpun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi-Ku makan. Sesungguhnya Allah Dialah Maha pemberi rezki yang mempunyai kekuatan lagi sangat kokoh. (Al-Dzariyat 56-58)
Jika pemberi rizki satu-satunya adalah Allah, jika pemberi kemudahan satu-satunya adalah Allah, maka jalan yang paling masuk akal untuk mendapatkan rezeki, mendapatkan kemudahan adalah dengan meminta kepada-Nya, berharap kepada-Nya.
Maka Allah berjanji, jika mau tambahan rizki dan kemudahan yang tidak dapat kamu bayangkan, maka jalannya adalah ketakwaan yaitu jalan mengikuti perintahNya, menjauhi laranganNya. Allah SWT berfirman.
Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan Mengadakan baginya jalan keluar dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. (Al-Thalaq 2-3).
Dan barang siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya.(Al-Thalaq 4)
Kedua: orang muslim, mu’min meyakini bahwa “kadar rizki setiap orang sudah ditentukan
Allah SWT berfirman.
Dan Allah melebihkan sebahagian kamu dari sebagian yang lain dalam hal rezki, (An-Nahl 71)
Jika kadar rizki sudah ditentukan berbeda-beda, maka apalah guna dengki hati, iri hati, sakit hati kepada orang lain. Toh semua sudah diberi jatah terbaiknya sesuai kadar keperluan dirinya, kadar keperluan keluarganya oleh Allah SWT. Bukankah Allah Maha Mengetahui segala kebutuhan kita?
Kalau rizki kita sudah dijamin dan ditentukan kadarnya oleh Allah, kenapa kita menghalalkan segala cara untuk mendapatkan rizki, kenapa kita sibuk-sibuk menjerumuskan diri ke dalam pekerjaan yang dimurkai Allah. Sungguh sangat tidak masuk dalam logika seorang muslim, takut kelaparan, takut kekurangan, takut kekurangan karena meninggalkan pekerjaan yang haram, toh Allah sudah menjaminnya, toh kadar rizki kita juga sudah ditentukan. Dan tentunya, jika kadar rizki sudah dijamin dan ditentukan, kenapa kita enggan berkorban, karena pengorbanan yang keluarkan, tidak akan mengurangi sedikitpun kadar rizki kita, bahkan Allah berjanji akan menambahnya.
Ketiga: walaupun sudah ditentukan kadar rizki, orang muslim, mu’min faham betul bahwa “rizki harus dicari dan harus diusahakan”.
Allah SWT berfirman:
Apabila telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung (Al-Jum’ah 10)
Jika pemberi rizki hanya Allah, kadar rizki sudah ditentukan dan kita diwajibkan untuk berusaha mencarinya, maka yang ada bagi kita hanyalah berusaha keras, bekerja keras, berfikir keras, berkarya besar. Pendek kata, yang perlu difikirkan oleh seorang muslim adalah bagaimana berkorban semaksimal mungkin karena Allah. Tidak perlu berfikir saya dapat apa? Dapat berapa? Toh hal itu Allah yang mengatur untuknya. Dalam bahasa pondok (jawa): Bondo, Bahu, Pikir, yen Perlu sak nyawane pisan. Inilah bahasa pengorbanan secara total, berkorban harta, tenaga, fikiran, kalau perlu nyawapun dikorbankan, demi amanah dari Allah SWT.
Maka dari itu, ciri seorang muslim adalah totalitas dalam menjalankan amanah yang sedang diembankannya, baik sebagai pemimpin, sebagai pendidik/pengajar, sebagai pegawai pemerintah maupun swasta, sebagai pedagang, sebagai petani, bahkan sebagai buruh kecilpun, Seorang muslim akan selalu berbuat total, berjuang dan berkorban. Bukan sebaliknya, mencari keuntungan sendiri, mengorbankan orang lain, dan bahkan mendzalimi orang lain untuk kepentingan diri sendiri. Hal ini tidak perlu bagi seorang muslim, karena baginya, hanya Allah lah yang akan mencukupinya lahir batin, dunia dan akhirat.
Namun demikian, ujian terhadap logika Islam ini akan selalu ada, ujian terhadap pengorbanan yang kita lakukan, ujian terhadap keimanan dan ketakwaan kita, bahkan ujian terhadap keikhlasan akan terus ada. Allah dalam surat Yusuf mengabadikan nasehat Ya’kub kepada anak-anaknya
Jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir” (Yusuf 87)
Dalam ayat lain Allah SWT berfirman:
Dan bagi mereka yang berjuang untuk (mencari keridhaan) Kami, Kami akan tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang berbuat baik. (Al-Ankabut: 69)
Lantas, sudahkan kita mau dan siap berkorban untuk umat, untuk bangsa, untuk pondok, dan untuk tempat yayasan anak yatim atau dhu’afa dengan lillahi ta’ala. Berkorban fikiran, tenaga, harta dan perasaan. Kesiapan diri untuk berkorban sangatlah ditentukan oleh idealisme, cita-cita dan orientasi hidup kita. Bila hidup kita, kita niatkan untuk berjuang dan memperjuangkan agama Allah, maka tidaklah akan terasa berat untuk berkorban. Ini adalah masalah keyakinan, keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah SWT, besar atau kecil. Keyakinan bahwa jika kita mau memikirkan orang lain, membantu orang lain, pasti Allah SWT akan memikirkan dan membantu kita. Apalagi jika kita siap memperjuangkan agama Allah, pastilah Allah akan menjamin hidup kita dan memperjuangkan urusan kita. Inilah logika religi, logika Allah SWT.
Sebaliknya, betapa akan terasa berat untuk melakukan hal-hal tersebut di atas, bila kita menjadi manusia pragmatis (bermanfaat), individualis apalagi oportunis. Model manusia seperti ini, yang dipikirkan hanyalah mencari keuntungan materi dan keuntungan dirinya sendiri. Sikap hidupnya selalu berhitung untung rugi, kaya miskin, apa yang didapatkan, bukan apa yang dipersembahkan. Inilah musuh perjuangan, musuh pengorbanan. Karena sesungguhnya tidak ada orang yang kaya karena pelit, dan miskin karena dermawan Pelit yang dimaksud tidaklah terbatas pada pelit terhadap materi, tetapi pelit terhadap fikiran, tenaga dan perasaan.
Semoga kita semua termasuk orang-orang yang Istiqomah dalam berjuang, berkorban dan berbuat baik di jalan Allah SWT. Amiin Yaa Robbal ‘Alamiin.

Wallahu a’lam bishawab.

by: tim al-fudhola GP
sumber: rangkuman dari berbagai narasi dan media kajian ta'lim agama Islam
























Minggu, 14 Februari 2016

Membangun Sarana Ibadah Musholla al-Fudhola GP

Sekilas Tentang Musholla Al-Fudhola Blok F RW.016/III Perumahan Graha Prima

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Sesungguhnya segala puji hanyalah milik Allah SWT. Kita memohon pertolongan-Nya dan ampunan serta perlindungan-Nya dari segala keburukan dan kelemahan. Barang siapa yang diberi hidayah-NYA, tidak ada sesuatu pun yang dapat menghalangi, dan barangsiapa yang tidak mendapat hidayah, tidak ada sesuatu pula yang mampu menolongnya.
Subhanallahi walhamdulillahi walaa ilaha illallah wallahu akbar.

Sholawat dan salam semoga tetap terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW, yang telah menyampaikan risalah-Nya, memberi nasehat dan membawa umat menuju kesempurnaan hidup lahir batin, dunia akhirat. kita berharap termasuk umatnya yang mendapat syafa'at Beliau, hingga nanti di Yaumil Akhir, Amiin.
https://bangunjiwamu12.blogspot.com/
A.      LATAR  BELAKANG

Membangun sarana Masjid/Musholla, dan memakmurkan serta menyediakan untuk orang-orang shalat termasuk amal yang  utama. Allah akan memberikan kepadanya pahala berlipat ganda. Ia termasuk shadaqah jariyah yang pahalanya berlanjut hingga seseorang telah meninggal dunia.
Memakmurkan Masjid/Musholla juga mempunyai pengaruh positif bagi pembinaan masyarakat dalam rangka peningkatan kualitas hidup masyarakat dan negara. Oleh karena itu setiap muslim harus ikut berperan dalam kemakmuran masjid/musholla sebagaimana firman Allah SWT.
dalam Al-Qur’an :

إِنَّمَا يَعْمُرُ مَسَاجِدَ اللهِ مَنْ آمَنَ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَأَقَامَ الصَّلاةَ وَآتَى الزَّكَاةَ وَلَمْ يَخْشَ إِلا الله َ فَعَسَى أُولَئِكَ أَنْ يَكُونُوا مِنَ الْمُهْتَدِينَ .
Artinya :
Hanyalah yang memakmurkan Masjid-Musholla Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan tidak takut kepada siapapun selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang mendapat petunjuk” (Q.S. At-Taubah : 18)

Nama  Musholla Al-Fudhola
Atas terbentuknya tim “Kepanitian Pembangunan” guna melaksanakan dan mewujudkan sebuah Musholla, tempat/sarana ibadah yang merupakan dambaan warga Blok F dan dibiayai dana swadaya masyarakat serta para Donatur, Dermawan. Dan tepatnya hari Sabtu 3 Juli 1999 dalam acara pertemuan pembahasan (lanjutan) Panitia, Pengurus RT.08 serta Tokoh Masyarakat Blok F (saat itu masih satu RT.) nama “Al-Fudhola” disepakati untuk Musholla kebanggaan kita warga Blok F, setelah pada bulan Maret 1999 dilaksanakan “Peletakan Batu Pertama”.
Kemudian dalam rangka menyambut bulan suci Ramadhan (Desember) dan Idul Fitri 1420 H/2000 M. Musholla Al-Fudhola dengan masih kondisi beratapkan terpal dan ditambah tenda milik inventaris RT (cuaca saat itu musim hujan) Musholla Al-Fudhola pertama digunakan untuk kegiatan Shalat Tarawih berjama’ah, tadarus al-Qur’an, dan kegiatan lainnya sekaligus menghimpun dana/infaq jariyah.

1.     Arti Al-Fudhola
Secara harfiah, Al-Fudhola adalah bentuk jama’ (Plural) dari kata ‘Fadhilah’ yang artinya ‘Keutamaan’ dengan mendapat imbuhan Al di depannya. Dengan nama ini diharapkan Al-Fudhola dapat menjadi bernilai lebih sebagai tempat ibadah. Tentu yang dimaksud adalah ‘lebih’ pada hal-hal yang positif.
Banyak orang yang keliru dalam penyebutan atau penulisannya. Ada yang menulisnya tanpa huruf ‘h’. Tambahan huruf ditengah ialah sebagai akibat transliterasi kata Arab bahwa Kata Arab yang dilambangkan dengan huruf ‘dh’ itu menunjukkan kata tersebut menggunakan huruf dhad bukan huruf dal.  
Ada juga yang menulisnya Al-Fudholah dengan tambahan huruf ‘h’ di belakangnya. Kami sempat bertanya (tentunya kepada yang mengerti arti dan maksud) dengan menulis seperti itu apa alasannya. Dan dijawab alasannya bahwa umumnya orang disekitar wilayah tersebut mengatakan seperti itu. Yakni selalu mengucap kata dengan bersuara huruf ‘h’ di belakangnya.  Kata Al-Fudholah akan terasa lebih parah lagi apabila tidak dibubuhi tanda (-) Alfu Dholah. Bila ini terjadi maka artinya jauh melenceng dari tujuan utama penamaannya. Bila ditulis demikian, maka Alfu artinya Seribu sedangkan Dholah artinya  Kesesatan. A’udzu Billaah Min Dzalik  (Aku Belindung Kepada Allah dari yang demikian itu).

2.      Lokasi Al-Fudhola
Musholla Al-Fudhola terletak di Blok F Perumahan Graha Prima, Desa Mangun Jaya Kec. Tambun Selatan Kabupaten Bekasi. Blok F adalah merupakan wilayah lokasi perumahan dengan berbagai type termasuk nama-nama blok lainnya, seperti A, B, C dan seterusnya hingga huruf I. Blok F sekarang terdiri dari 2 RT dengan jumlah penghuni penduduk lebih 270 KK (kepala keluarga). Dan lintas transoprtasi dilalui dengan angkutan kota (angkot) no.16B rute Graha Prima - Bekasi melewati Kantor Desa Mangun Jaya, Pasar Tambun, dan lampu perempatan Bulak Kapal.

3.       Kegiatan Ibadah dan Umum
Dalam rangka meningkatkan fungsi Masjid/Musholla sebagai tempat ibadah dan pembinaan umat khususnya di wilayah Blok F RW.016/III Perumahan Graha Prima, dimana kehidupan masyarakat yang sudah begitu majemuk dan ramai, dan untuk meningkatkan daya tampung dalam melaksanakan ibadah (shalat berjama’ah) dengan sebaik-baiknya serta agar Syi’ar keagamaan semakin menggema karena membutuhkan banyak perbaikan dan tidak memadainya kondisi fisik bangunan, maka perlu adanya pembangunan Renovasi Musolla Al-Fudhola yang merupakan program Pengurus DKM Musholla Al-Fudhola jangka panjang.
Seperti kita pahami bahwa sejak zaman Rasulullah Muhamad SAW. Masjid bukan hanya tempat ibadah tetapi merupakan pusat kegiatan berdimensi luas. Ketika Rasulullah SAW dan para sahabatnya Hijrah dari Mekkah ke Madinah, beliau singgah di suatu tempat yang dikenal dengan Quba. Disinilah Rasulullah membangun sebuah Masjid yang diberi nama Masjid Quba. Begitu juga ketika sampai di Madinah Rasulullah membangun Masjid Nabawi. Ini semua menunjukan bahwa Masjid memiki kedudukan yang sangat penting bagi kaum Muslimin.
Di zaman Rasulullah SAW, Masjid menjadi sarana untuk memperkokoh iman para sahabatnya. disamping itu, Masjid juga digunakan sebagai sarana peribadatan dan tempat mengkaji ajaran Islam.
Allah berfirman :
Hanyalah yang memakmurkan Masjid-Musholla Allah adalah orang-orang yang beriman kepada Allah, dan Hari Kemudian, serta tetap mendirikan Shalat, menunaikan Zakat, dan tidak takut (kepada siapa pun) selain kepada Allah maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk” (QS: At-Taubah: 18).
Rasulullah SAW menjadikan Masjid/Musholla sebagai sentral ilmu pengetahuan. Dan dari Masjidlah Rasulullah membina masyarakat baru Madinah. Ahlu Suffah adalah mereka yang banyak mengambil manfaat dari ajaran Rasulullah. Disamping mereka tinggal dibagian belakang masjid mereka juga sangat tekun menghafal hadist-hadist Rasullah SAW. Abu Hurairah adalah salah seorang dari ratusan Ahli Shuffah yang banyak meriwayat hadist dibandingkan sahabat lainnya. Tradisi menjadikan Masjid sebagai pusat ilmu pengetahuan ini diteruskan oleh para Ulama Muslimin dalam mengembangkan Risalah Islam setelah wafatnya Rasulullah SAW.
Di era modern sekarang ini kita harus mampu memerankan dan memakmurkan Masjid/Musholla. Memakmurkan Masjid/Musholla mempunyai dua pengertian. Hissi dan Maknawi. Hissi berarti membangun Masjid/Musholla secara fisik, membersihkannya, melengkapi sarana tempat wudhu dan sarana yang lainnya. Sedangkan memakmurkan Masjid secara Maknawi adalah meramaikan Masjid/Musholla dengan shalat berjama`ah, membaca al-Quran, i`tikaf, dan ibadah-ibadah lainnya. Dan yang tidak kalah penting adalah menjadikan Masjid/Musholla sebagai pusat kegiatan dan pengembangan masyarakat. Dan disamping itu kita harus bisa memposisikan Masjid/Musholla sebagai wadah pemersatu kaum Muslimin Muslimat. Menghidupkan kembali peranan Masjid/Musholla dengan segala macam aktivitas yang telah kita paparkan diatas yang telah terbukti membawa kaum Muslim pada puncak peradaban besar.
Memperhatikan dasar-dasar pemikiran tersebut, Pengurus DKM Musholla Al-Fudhola bersama masyarakat sekitar dan para tokoh masyarakat, telah mufakat akan merealisasikan program tersebut dengan membentuk Kepanitiaan Pembangunan Renovasi Musholla Al-Fudhola. Untuk mewujudkan program tersebut tentunya memerlukan Dana dan Materiil. Untuk itu pada kesempatan ini Kami membuka mengajak kaum Muslimin Muslimat untuk berpartisipasi dalam mewujudkan pembangunan Renovasi Musholla Al-Fudhola yang terletak di wilayah Blok F RW.016/III Perumahan Graha Prima Desa Mangun Jaya, Tambun Selatan Kabupaten Bekasi.

B.      LANDASAN
1.       Firman Allah SWT.
Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan meperlipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezki) dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan”. (QS. AI Baqarah : 245)

2.       Sabda Rasulullah Muhammad SAW.
Barang siapa yang telah membangunkan sebuah masjid, yang sengaja mencari keridhaan Allah, nanti Allah buatkan pula untuknya sebuah rumah di dalam syurga”. (HR. Bukhari dan Muslim).

C.      NAMA DAN TEMPAT KEGIATAN
" Pembangunan Renovasi Musholla Al-Fudhola "
Blok F Perumahan Graha Prima RW.016/III Desa Mangun Jaya Tambun Selatan Bekasi.
website- pembangunan al-fudhola, e-mail: alfudhola16graha@gmail.com
Motto: Bersama Jama’ah, Umat, dan Warga Kita Bisa . . . !!!

D.      MAKSUD DAN TUJUAN
1.   Menjadikan Musholla Al-Fudhola salah satu sebagai tempat kegiatan yang bernuansa ke-Islaman untuk masyarakat setempat dan sekitarnya.
2.   Menjadikan Musholla Al-Fudhola sebagai tempat untuk melakukan ibadah terutama sholat wajib berjama’ah secara rutin agar kualitas sholat dapat terjaga dan meningkat.
3.  Menjadikan Musholla Al-Fudhola sebagai sarana untuk pencerahan dan pendidikan Agama Islam secara nonformal.
4.  Menjadikan Musholla Al-Fudhola sebagai sarana efektif untuk mempererat tali silaturahmi khususnya antar warga muslim dan warga lainnya.
5.   Meningkatkan kesadaran masyarakat dan tanggung jawab umat Islam terhadap kemajuan dan wawasan ilmu keagamaan melalui Syi’ar Agama, kegiatan PHBI sebagai wujud Keimanan dan Ketaqwaan (Imtaq) kepada Allah SWT.

E.      PANITIA PELAKSANA PEMBANGUNAN RENOVASI
          (Terlampir dalam berkas Proposal).
F.      WAKTU PELAKSANAAN
Kegiatan pembangunan Renovasi Musholla Al-Fudhola ini direncanakan membutuhkan waktu selama 4 (empat) tahun. Terhitung pada bulan Januari 2014 hingga Desember tahun 2017.
(berharap lebih cepat lebih baik dari waktu yang direncanakan).
G.     ANGGARAN BIAYA
Biaya yang kami perlukan/butuhkan dalam mensukseskan Pembangunan Renovasi Musholla Al-Fudhola ini sebesar Rp. 758.407.500,- (Tujuh ratus lima puluh delapan juta empat ratus tujuh ribu lima ratus ribu rupiah). Perincian anggaran sebagaimana terlampir dalam proposal.
Catatan: akan menjadi lebih kebutuhan dari target nilai biaya yang dibutuhkan.

H.      SUMBER DANA
Sumber dana berasal dari :
1.     Kas Musholla Al-Fudhola
2.     Infaq dan Shadaqah Umat Islam
3.     Sumber lain, para Donatur, Dermawan, dan Donatur Tetap yang tidak mengikat.

I.       PENUTUP
Demikian sekilas Musholla Al-Fudhola, sebagai motivasi dukungan maupun semangat bagi tim Panitia dalam membangun mewujudkan Musholla Al-Fudhola yang permanent, sarana ibadah untuk lebih meningkatkan iman dan taqwa (Imtaq) kepada Allah SWT bagi umat Islam, khususnya masyarakat warga Blok F Perumahan Graha Prima dan sekitarnya. Peran serta dan partisipasi semua pihak sangat diharapkan sehingga rencana dan pelaksanaan pembangunan renovasi akan dapat berjalan lancar, sampai tahap penyelesaian. 
Akhirnya, semoga amal ibadah kita diterima Allah SWT dengan balasan pahala yang berlipat ganda. Amiin Yaa Robbal ‘Alamiin.

Allah SWT dalam Al-Qur’an berfirman :

مَثَلُ الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ الله ِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَ نْبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنْبُلَةٍ مِائَةُ حَبَّةٍ وَالله ُ يُضَاعِفُ لِمَنْ يَشَاءُ وَالله ُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ .
Artinya:
”Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir: seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui. (Q.S. Al-Baqarah: 261).

Billahittaufiq wal hidayah
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Graha Prima, 30 Januari 2015
Panitia Pelaksana Pembangunan Renovasi Musholla Al-Fudhola
Blok F Perumahan Graha Prima RW.016/III DesaMangun Jaya Tambun Bekasi.